ilustrasi. sumber Di dalam sebuah hadits qudsi, Allah Taโala berfirman, โSesungguhnya Aku Allah Taโala di sisi prasangka hamba-Ku kepada-Ku. Aku bersamanya ketika dia berdoa kepada-Ku.โ Hr Imam at-Tirmidzi Rahimahullah Oleh para Ustadz Motivator, hadits agung ini disiarkan dengan makna yang salah kaprah. Dengan kepercayaan diri yang meninggi, mereka berkata, โPikirkan yang baik-baik. Bayangkan semua yang kita inginkan. Bermimpilah sebanyak mungkin. Karena Allah Taโala sesuai dengan prasangka kita.โ Tanpa malu-malu, Ustadz Motivator itu melanjutkan, โJadi, jika kita bermimpi mendapatkan 100 juta dalam sebulan, maka Allah Taโala akan sesuai dengan prasangka tersebut. Sebaliknya, saat kita hanya berniat mendapatkan 10 juta sebulan, Allah Taโala pun akan memberikan sebagaimana kita impikan.โ Padahal, maknanya bukan demikian. โAgar kita tak memahaminya dengan, Berprasangkalah sesuka kita, Allah Taโala akan patuh pada kita untuk mewujudkan prasangka itu,โโ tutur Ustadz Salim A Fillah memungkasi, โSungguh, ini tafsiran yang keliru.โ Jika demikian, apakah tafsir yang lebih tepat? Apalagi, hadits ini terkait erat dengan pemahaman yang tepat tentang tauhid sebagai sesuatu yang paling utama dalam keislaman kita. โSiapa merasa dirinya kotor dan meyakini Allah Taโala Mahasuci,โ tulis ustadz muda yang murah senyum ini, โniscaya Allah Taโala membersihkannya.โ Makna lainnya, masih merujuk dari penjelasan penulis buku bestseller ini, โSiapa merasa dirinya pendosa dan meyakini bahwa Allah Taโala Maha Pengampun, niscaya Allah Taโala memaafkannya.โ โSiapa merasa rendah di hadapan Allah Taโala dan meyakini Dia Mahatinggi,โ lanjut dai muda asal Kota Gudeg ini, โmaka Allah Taโala meluhurkannya.โ โSiapa merasa dirinya hina dan meyakini Allah Taโala Mahamulia,โ jelas salah satu penggagas dan pengisi tetap Majlis Jejak Nabi ini, โniscaya Allah Taโala meluhurkannya.โ โSapa merasa dirinya banyak aib dan meyakini bahwa Allah Taโala Maha Sempurna,โ ujar laki-laki yang juga relawan utama Sahabat al-Aqsha dan Sahabat Suriah ini, โniscaya Allah Taโala akan memperindahnya.โ โSiapa merasa dirinya lemah dan meyakini Allah Taโala Mahakuat,โ bimbing penulis Lapis-Lapis Keberkahan ini, โniscaya Allah Taโala mengokohkannya.โ โSiapa merasa dirinya bodoh dan meyakini bahwa Allah Maha Berilmu,โ ajar pendakwah yang santun dalam bertutur ini, โniscaya Allah Taโala mengajarinya.โ โSiapa merasa faqir di hadapan Allah Taโala dan meyakini Dia Mahakaya,โ pungkas salah satu pembimbing umrah di Jejak Imani ini, โniscaya Allah Taโala mencukupinya.โ Demikian ini, menurut beliau, sebagai pengingat bagi diri dan kaum Muslimin agar tidak mengecilkan Allah Taโala dengan salahnya pemahaman. Agar kita memahami kekerdilan diri, bukan membesarkan diri di hadapan Allah Taโala Yang Mahabesar. Wallahu aโlam. [Pirman/BersamaDakwah] Rujukan Salim A Fillah
Akuadalah prasangka Hambaku terhadap-Ku, ia adalah figur wanita yang memegang teguh prinsip keagamaan yang saat ini mulai di tinggalkan. Proses yang dia lakukan bukan berlandaskan nafsu tapi kesucian hati, bahwa semua atas kehendak-Nya. Dari aku mengenalnya sampai ku-tuliskan ini. Mungkin aku tak tahu masa lalunya namun inilah ููุธููููููู ุจูุงูููููู ุบูููุฑู ุงููุญูููู ุธูููู ุงููุฌูุงูููููููุฉู ูููููููููู ูููู ููููุง ู ููู ุงูุฃูู ูุฑู ู ููู ุดูููุกู ูููู ุฅูููู ุงูุฃูู ูุฑู ููููููู ููููููู Oleh DR. Firanda Andirja, Lc. MA. Matan Firman Allah ๏ทป ููุธููููููู ุจูุงูููููู ุบูููุฑู ุงููุญูููู ุธูููู ุงููุฌูุงูููููููุฉู ูููููููููู ูููู ููููุง ู ููู ุงูุฃูู ูุฑู ู ููู ุดูููุกู ูููู ุฅูููู ุงูุฃูู ูุฑู ููููููู ููููููู โMereka berprasangka yang tidak benar terhadap Allah ๏ทป, seperti sangkaan jahiliyah, mereka berkata โapakah ada bagi kita sesuatu hak campur tangan dalam urusan ini, katakanlah โsungguh urusan itu seluruhnya di Tangan Allah.โ QS. Ali Imran 154. ููููุนูุฐููุจู ุงููู ูููุงููููููู ููุงููู ูููุงููููุงุชู ููุงููู ูุดูุฑูููููู ููุงููู ูุดูุฑูููุงุชู ุงูุธููุงูููููู ุจูุงูููููู ุธูููู ุงูุณููููุกู ุนูููููููู ู ุฏูุงุฆูุฑูุฉู ุงูุณููููุกู ููุบูุถูุจู ุงูููููู ุนูููููููู ู ููููุนูููููู ู ููุฃูุนูุฏูู ููููู ู ุฌููููููู ู ููุณูุงุกูุชู ู ูุตููุฑูุง โDan supaya dia mengadzab orang-orang munafik laki-laki dan orang-orang munafik perempuan, dan orang-orang Musyrik laki laki dan orang-orang musyrik perempuan yang mereka itu berprasangka buruk terhadap Allah, mereka akan mendapat giliran keburukan yang amat buruk, dan Allah memurkai dan mengutuk mereka serta menyediakan bagi mereka neraka Jahannam. Dan neraka Jahannam itulah seburuk-buruk tempat kembali.โ QS. Al Fath 6. Ibnul Qayyim dalam menafsirkan ayat yang pertama mengatakan โPrasangka di sini maksudnya adalah bahwa Allah ๏ทป tidak akan memberikan pertolonganNya kemenangan kepada Rasul-Nya, dan bahwa agama yang beliau bawa akan lenyap.โ Dan ditafsirkan pula โBahwa apa yang menimpa beliau bukanlah dengan takdir ketentuan dan hikmah kebijaksanaan Allah.โ Jadi prasangka di sini ditafsirkan dengan tiga penafsiran Pertama mengingkari adanya hikmah Allah. Kedua mengingkari takdir-Nya. Ketiga mengingkari bahwa agama yang dibawa Rasulullah akan disempurnakan dan dimenangkan Allah atas semua agama. Inilah prasangka buruk yang dilakukan oleh orang-orang munafik dan orang-orang musyrik yang terdapat dalam surat Al-Fath. Perbuatan ini disebut dengan prasangka buruk, karena prasangka yang demikian tidak layak untuk Allah ๏ทป, tidak patut terhadap keagungan dan kebesaran Allah ๏ทป, tidak sesuai dengan kebijaksanaanNya, PujiNya, dan janjiNya yang pasti benar. Oleh karena itu, barangsiapa yang berprasangka bahwa Allah ๏ทป akan memenangkan kebatilan atas kebenaran, disertai dengan lenyapnya kebenaran; atau berprasangka bahwa apa yang terjadi ini bukan karena Qadha dan takdir Allah; atau mengingkari adanya suatu hikmah yang besar sekali dalam takdir-Nya, yang dengan hikmah-Nya Allah berhak untuk dipuji; bahkan mengira bahwa yang terjadi hanya sekedar kehendak-Nya saja tanpa ada hikmah-Nya, maka inilah prasangka orang orang kafir, yang mana bagi mereka inilah Neraka โWailโ. Dan kebanyakan manusia melakukan prasangka buruk kepada Allah ๏ทป, baik dalam hal yang berkenaan dengan diri mereka sendiri, ataupun dalam hal yang berkenaan dengan orang lain, bahkan tidak ada orang yang selamat dari prasangka buruk ini, kecuali orang yang benar-benar mengenal Allah, Asma dan sifat-Nya, dan mengenal kepastian adanya hikmah dan keharusan adanya puji bagi-Nya sebagai konsekwensinya. Maka orang yang berakal dan yang cinta kepada dirinya sendiri, hendaklah memperhatikan masalah ini, dan bertaubatlah kepada Allah, serta memohon maghfirah-Nya atas prasangka buruk yang dilakukannya terhadap Allah ๏ทป. Apabila anda selidiki, siapapun orangnya pasti akan anda dapati pada dirinya sikap menyangkal dan mencemoohkan takdir Allah, dengan mengatakan hal tersebut semestinya begini dan begitu, ada yang sedikit sangkalannya dan ada juga yang banyak. Dan silahkan periksalah diri anda sendiri, apakah anda bebas dari sikap tersebut? ููุฅููู ุชูููุฌู ู ูููููุง ุชูููุฌู ู ููู ุฐููู ุนูุธูููู ูุฉู ููุฅููุงูู ููุฅูููููู ูุงู ุฅูุฎูุงูููู ููุงุฌูููุง โJika anda selamat selamat dari sikap tersebut, maka anda selamat dari malapetaka yang besar, jika tidak, sungguh aku kira anda tidak akan selamat.โ Syarah Pada dua ayat di atas yaitu surat Al-Imron ayat 154 dan surat Al-fath ayat 6 Allah ๏ทป menyebutkan tiga penamaan prasangka buruk terhadap Allah ๏ทป. Pertama prasangka yang tidak benar, Kedua prasangka jahiliyah, Ketiga prasangka buruk. Ketiga penamaan ini memiliki makna yang sama yaitu berprasangka kepada Allah dengan persangkaan yang tidak pantas dengan Maha sempurnanya Allah ๏ทป. Hal ini dilarang oleh syariโat, kita tidak boleh berperasangka buruk kepada Allah ๏ทป dalam segala hal. Dan merupakan bagian dari ibadah adalah berprasangka baik kepada Allah ๏ทป. Pada ayat pertama Allah ๏ทป mengatakan bahwa orang munafik berprasangka kepada Allah ๏ทป dengan prasangka yang tidak benar. Mereka mengatakan โapakah kami tidak memiliki pengaturan sedikitpunโ, maksudnya jika mereka kaum munafiq yang mengatur peperangan, maka kaum muslimin tidak akan kalah dalam peperangan perang uhud. Maka Allah ๏ทป menjawab mereka dengan mengatakan bahwa semua keputusan ada di tangan Allah ๏ทป. Ibnul Qayyim rahimahullah ketika menjelaskan tentang berprasangka buruk kepada Allah ๏ทป beliau menjelaskan dengan penjelasan yang sangat panjang yang di nukil oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab dalam kitab tauhid secara singkat. Ibnul Qayyim menjelaskan penjelasan tersebut dalam kitabnya Zaadul maโaad ketika menyebutkan tentang faedah-faedah dari perang uhud.[1] Beliau menyebutkan contoh-contoh dari berprasangka buruk kepada Allah ๏ทป yang tidak pantas bagi kita untuk melakukan hal-hal tersebut. Kunci agar seseorang tidak berprasangka buruk kepada Allah ๏ทป adalah ia harus meyakini akan Maha sempurnanya Allah ๏ทป yaitu Allah ๏ทป Maha melihat, Maha mengetahui, Maha mendengar, dan yang lainnya. Dan di antara kesempurnaan Allah ๏ทป yang sangat penting untuk diyakini adalah Allah ๏ทป Maha hikmah atau bijak. Di dalam Al-Qurโan Allah ๏ทป banyak menyebutkan ูููููู ุงูุนูุฒูููุฒู ุงูุญูููููู ู โDan Dia Yang Maha perkasa dan Maha bijaksanaโ[2] Di antara nama-nama Allah ๏ทป adalah ุงูุญูููููู ู yaitu yang Maha bijak. Tidak mungkin Allah ๏ทป menakdirkan sesuatu dalam alam semesta tanpa perhitungan dan tanpa mengetahui tujuan, karena Allah adalah Maha Bijak [3] . Seseorang jika telah meyakini hal ini, maka tidak mungkin ia akan berprasangka buruk kepada Allah ๏ทป, sebab ia tahu bahwa Allah ๏ทป akan meletakkan sesuatu pada tempatnya. Allah Maha adil dan Maha bijak, jika Allah ๏ทป melakukan sesuatu pasti Allah lakukan yang terbaik dan terbenar sebab Allah ๏ทป yang mengetahui segalanya. Terkadang jika terjadi suatu peristiwa kita tidak mengetahui apa hikmah dari peristiwa tersebut. Akan tetapi tetap kita harus meyakini bahwa pasti ada hikmah dibalik peristiwa tersebut, sebab Allah ๏ทป adalah Maha bijak, Allah ๏ทป memiliki hikmah-hikmah yang tinggi dan sempurna. Oleh karenanya jika kita tidak mengetahui hikmah dari suatu peristiwa, maka kita tidak boleh berprasangka buruk kepada Allah ๏ทป, karena banyak hal yang kita tidak mengerti, sebab ilmu kita tidak sampai kepada ilmu Allah ๏ทป. Contoh logika yang dapat memberikan pendekatan pemahaman terhadap perbedaan ilmu Allah ๏ทป dan ilmu Makhluk. Seorang ayah yang ingin menyunati anaknya yang masih berusia empat tahun, ia akan kesulitan memberikan penjelasan kepada anaknya agar mau di sunat. Jika si ayah menjelaskan kepada anaknya tujuan dan hikmah dari sunat secara ilmiah bahwa sunat itu untuk kesehatan, kemudian sunat itu adalah syariโat islam dan yang lainnya, maka yang terjadi adalah si anak tidak akan mengerti penjelasan tersebut, sebab otak anak belum bisa atau belum sampai untuk bisa memahami hal tersebut. Maka cukup bagi si ayah menjelaskan dengan penjelasan yang sesuai dengan pemahaman anak, misalkan mengatakan kepada si anak, โjika kamu sunat, maka ayah akan memberikan kamu hadiahโ. Maka anak akan paham, dan akan menerima untuk di sunat. Contoh lainnya. Seseorang jika berobat kepada seorang dokter, maka di akhir pemeriksaan ia akan diberikan resep obat oleh dokter yang terkadang tanpa memberikan penjelasan secara detail dari fungsi obat-obat tersebut. Akan tetapi orang tersebut akan tetap menuruti dengan menebus obat-obat tersebut kemudian mengkonsumsinya tanpa memahami dengan jelas fungsi dari obat-obat tersebut. Mengapa demikian? Karena orang ini telah meyakini bahwasanya dokter adalah orang yang pakar dalam bidangnya sehingga ia tidak perlu lagi untuk bertanya tentang fungsi-fungsi dari obat tersebut, bila dijelaskan pun bisa jadi orang ini tidak memahami penjelasan tersebut, sebab otak orang ini tidak bisa atau tidak sampai untuk memahami hal tersebut. Oleh karenanya jika Allah ๏ทป menakdirkan banyak hal, maka kita tidak boleh berprasangka buruk kepada Allah ๏ทป. Bentuk-bentuk berprasangka buruk kepada Allah ๏ทป Disini penulis ingin menyebutkan beberapa contoh dari sikap berprasangka buruk kepada Allah ๏ทป yang disebutkan oleh Ibnul Qayyim dalam kitabnya Zaadul Maโad. Sebenarnya butuh penjelasan yang lebar untuk menjelaskan contoh-contoh ini, sebab Ibnul Qayyim ketika menjelaskan berprasangka buruk kepada Allah ๏ทป, ia membantah seluruh firqah-firqah sesat dari ahlul bidโah. Akan tetapi disini penulis hanya menyebutkan contoh-contoh tersebut secara ringkas. Berikut adalah beberapa contoh dari sikap berprasangka buruk kepada Allah yang disebutkan Ibnul Qayyim dalam kitabnya Zaadul Maโad.[4] Menyangka bahwasanya Rasulullah dan kaum muslimin akan kalah. Islam akan sirna Kesyirikan akan unggul selama-lamanya Terkadang Allah ๏ทป menakdirkan kaum muslimin dalam kekalahan dan penderitaan. Akan tetapi semua takdir ini ada hikmahnya. Pada saatnya nanti kaum muslimin akan jaya, tauhid akan tersebar, maka tidak boleh kita berprasangka buruk kepada Allah ๏ทป. Menyangka Allah ๏ทป berbuat tanpa tujuan. Ini merupakan aqidah Asyaโiroh[5] yang mana mereka menafikan Taโlil Afโalillah yaitu Allah ๏ทป berbuat tanpa tujuan.[6] Keyakinan seperti ini tidaklah benar. Bagaimana mungkin dikatakan Allah ๏ทป berbuat tanpa tujuan, sedang Allah ๏ทป Maha berilmu, Allah ๏ทป menakdirkan, dan Allah ๏ทป melakukan semuanya pasti dengan tujuan. Menyangka Allah ๏ทป tidak akan membangkitkan manusia untuk meminta pertanggung jawaban. Hal ini termasuk perbuatan berprasangka buruk kepada Allah ๏ทป. Jika saja seorang bos di sebuah perusahaan di anggap buruk dan tidak beres karena tidak menyelesaikan masalah dibawahannya, tidak menghakimi di antara karyawannya yang bertikai dengan membiarkan begitu saja, tidak menentukan siapa yang benar dan siapa yang salah, maka bagaimana dengan Allah ๏ทป yang Maha bijak. Apakah pantas Allah ๏ทป melakukan hal seperti itu? Allah ๏ทป tidak mungkin menciptakan seluruh manusia kemudian membiarkannya begitu saja tanpa meminta pertanggungjawaban. Pembiaran Allah ๏ทป kepada orang-orang zhalim atas perlakuan mereka di dunia tanpa meminta pertanggungjawaban mereka kelak di akhirat merupakan perbuatan prasangka buruk kepada Allah ๏ทป. Hal ini seperti prasangka buruknya orang-orang musyrikin kepada Allah ๏ทป karena menyangka Allah ๏ทป tidak akan membangkitkan manusia kelak di akhirat. Tatkala seseorang diberikan kesusahan, maka ia berkata โMengapa Allah ๏ทป membuat saya miskin seperti ini? seharusnya Allah tidak melakukan iniโ. Hal ini adalah perbuatan yang terlarang, sebab termasuk bagian dari perbuatan prasangka buruk kepada Allah ๏ทป. Bukan berarti jika Allah ๏ทป memberikan harta kepada seseorang berarti Allah ๏ทป memuliakan orang tersebut[7]. Jika harta adalah ukuran kemuliaan seseorang, berarti Firโaun dan Namrud adalah orang-orang yang mulia. Para pelaku maksiat yang begitu kaya raya pun juga termasuk orang-orang yang mulia. Oleh karena itu harta bukanlah ukuran kemuliaan seseorang, bahkan bisa jadi seseorang dihinakan oleh Allah ๏ทป melalui jalan harta [8]. Hal yang semisal juga seperti perkataan seseorang, โKenapa Allah ๏ทป membuat wabah ini? Seharusnya Allah ๏ทป tidak berbuat iniโ. Kemudian juga perkataan seseorang, โKenapa Allah ๏ทป menciptakan Iblis? Seharusnya Allah ๏ทป tidak menciptakan merekaโ. Perkataan-perkataan semisal ini menggambarkan seakan-akan Allah ๏ทป tidak memahami sisi yang baik. Kemudian orang yang mengatakan perkataan-perkataan tersebut memahami sisi yang baik. Inilah bentuk prasangka buruk kepada Allah ๏ทป. Menyangka bahwasanya Allah ๏ทป tidak membalas kebaikan seseorang baik dunia maupun di akhirat. Menyangka hal seperti ini merupakan perbuatan prasangka buruk kepada Allah ๏ทป. Bukankah Allah ๏ทป berfirman ุฅูููู ุงูููููู ููุง ููุถููุนู ุฃูุฌูุฑู ุงููู ูุญูุณูููููู โSungguh Allah ๏ทป tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baikโ.[9] Allah ๏ทป juga menyebutkan banyak contoh dari kisah-kisah para nabi, yang mana Allah ๏ทป menolong dan membantu mereka di dunia sebelum akhirat karena kebaikan-kebaikan yang mereka lakukan di dunia. Maka jika kita melakukan suatu kebaikan, selain berharap pahala di sisi Allah ๏ทป kita juga harus meyakini bahwa Allah ๏ทป juga akan menolong dan membantu kita di dunia. Terkadang Allah ๏ทป memberi kebaikan dan pertolongan kepada kita di dunia ini dengan cara yang lembut tanpa kita sadari. Jika saja setiap kebaikan dibalas oleh Allah ๏ทป secara jelas atau terang-terangan, maka semua orang akan beriman dan berbuat baik. Tapi inilah ketentuan Allah ๏ทป, Allah ๏ทป menjadikan hal tersebut perkara ghoib yang berkaitan dengan iman. Akan tetapi walaupun ghoib, kita tetap bisa merasakan balasan dari Allah ๏ทป dari setiap kebaikan yang kita lakukan, baik cepat atau lambat, bahkan Allah ๏ทป terkadang balas satu kebaikan dengan berlipat-lipat. Persangkaan seseorang jika Ia meninggalkan sesuatu yang buruk karena Allah ๏ทป, maka Allah ๏ทป tidak akan menggantinya. Nabi ๏ทบ pernah bersabda ุฅูููููู ูููู ุชูุฏูุนู ุดูููุฆูุง ููููููู ุฅููููุง ุจูุฏูููููู ุงูููููู ุจููู ู ูุง ูููู ุฎูููุฑู ูููู ู ููููู โSesungguhnya engkau tidak meninggalkan sesuatu karena Allah, melainkan Allah akan menggantikan bagimu dengan yang lebih baik darinyaโ.[10] Hal ini menunjukkan bahwasanya seseorang yang meninggalkan sesuatu karena Allah ๏ทป ia harus berprasangka baik kepada Allah ๏ทป, meyakini bahwasanya Allah ๏ทป akan ganti sesuatu yang lebih baik dari apa yang ditinggalkannya. Sebab jika ia tidak meyakini hal tersebut, maka ia telah melakukan prasangka buruk kepada Allah ๏ทป. Allah ๏ทป pernah berkata dalam hadits qudsi ุฃูููุง ุนูููุฏู ุธูููู ุนูุจูุฏูู ุจูู โAku sesuai dengan prasangka hambaku kepadaku, hendaknya hambaku berprasangka kepadaku yang ia sukai. Jika ia berprasangka baik kepadaku maka kebaikan baginya, jika ia berprasangka buruk kepadaku maka keburukan baginya.โ[11] Menyangka bahwa Allah ๏ทป akan menolak amalan baik seseorang tanpa sebab. Ini adalah keyakinan yang salah. Benar amalan kita belum tentu diterima oleh Allah ๏ทป, akan tetapi kita harus berprasangka baik kepada Allah ๏ทป bahwasanya Allah ๏ทป akan menerima amalan baik tersebut. Allah ๏ทป berfirman ููุง ููููููููู ุงูููููู ููููุณูุง ุฅููููุง ููุณูุนูููุง โAllah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannyaโ.[12] Tidak mungkin jika seseorang telah berusaha untuk melakukan amal shaleh semampunya kemudian Allah ๏ทป tolak amalan tersebut tanpa sebab. Allah ๏ทป tidak menerima taubat orang yang bersungguh-sungguh. Keyakinan seperti ini akan membuat seseorang akan berputus asa dari rahmat Allah ๏ทป, padahal Allah ๏ทป berfirman ููุง ุชูููููุทููุง ู ููู ุฑูุญูู ูุฉู ุงูููููู โJanganlah engkau berputus asa dari rahmat Allahโ[13] Allah ๏ทป melarang untuk berputus asa dari rahmatNya, kemudian kita malah meyakini bahwa Allah ๏ทป tidak menerima taubat kita, maka ini adalah bentuk prasangka buruk kepada Allah ๏ทป. Kita harus berprasangka baik kepada Allah ๏ทป bahwa Allah akan menerima taubat kita. Menyatakan bahwa ayat-ayat sifat di dalam Al-Qurโan dan juga di dalam hadits-hadist zahirnya adalah kufur, syirik, tasybih. Sebagaimana yang diungkapkan para penolak sifat bahwasanya ayat-ayat sifat yang terdapat pada Al-Qurโan dan pada hadits-hadist Nabi ๏ทบ haruslah ditakwil. Ungkapan seperti ini termasuk perbuatan prasangka buruk kepada Allah ๏ทป, sebab melazimkan bahwasanya Allah ๏ทป ingin menyesatkan hamba-hambanya dengan mendatangkan kata-kata yang zahirnya adalah kufur. Bahkan sebagian dari mereka mengungkapkan pada buku-buku mereka bahwasanya ayat-ayat ini adalah syirik, kufur, tasybih dan yang lainnya. Sungguh mereka tidak beradab sama sekali kepada Allah ๏ทป. Apakah mungkin Allah ๏ทป tidak bisa mengungkapkan dengan pengungkapan yang baik sehingga manusia dapat memahaminya dengan mudah? Apakah Allah ๏ทป tidak mampu mengungkapkan dengan yang terbaik? Mengapa Allah ๏ทป tidak menyampaikan bahwasanya firman-firmannya haruslah ditakwil? Apakah kita harus menyangka bahwasanya Allah ๏ทป sedang membuat teka-teki sehingga kita perlu mencari kebenaran dengan mentakwil? Pertanyaan-pertanyaan seperti di atas menunjukkan bahwasanya perbuatan para penolak sifat merupakan bentuk berprasangka buruk kepada Allah ๏ทป. Berkeyakinan bahwa Allah ๏ทป membutuhkan anak atau pasangan dan yang lainnya. Berkeyakinan bahwa Allah ๏ทป tidak mengetahui hal-hal yang detail. Keyakinan seperti ini diyakini oleh orang-orang falasifah. Mereka mengatakan bahwasanya Allah ๏ทป hanya mengetahui secara global tidak mengetahui secara detail. Keyakinan seperti ini terkadang menimpa kita yang mana seakan-akan kita meyakini bahwasanya Allah ๏ทป tidak mengetahui apa-apa yang dilakukan oleh orang-orang kafir, sebab Allah ๏ทป membiarkan mereka melakukan kerusakan kemudian tidak mengazab mereka. Sikap seperti ini merupakan bentuk prasangka buruk kepada Allah ๏ทป. Seakan-akan Allah tidak tahu dan kita tahu. Kemudian kita ingin mengajari Allah ๏ทป bahwasanya seharusnya seperti ini dan seperti itu. Maha suci Allah ๏ทป, Allah ๏ทป sungguh mengetahui segalanya, jangankan perbuatan manusia, bahkan daun-daun yang berjatuhan dari rantingnya pun Allah ๏ทป tahu. Allah ๏ทป berfirman ููููุนูููู ู ู ูุง ููู ุงููุจูุฑูู ููุงููุจูุญูุฑู ููู ูุง ุชูุณูููุทู ู ููู ููุฑูููุฉู ุฅููููุง ููุนูููู ูููุง โDia Allah mengetahui apa yang di darat dan di laut. tidak ada sehelai daunpun yang gugur uang tidak diketahuiNya.โ[14] Ayat ini menunjukkan bahwa Allah ๏ทป mengetahui seluruh apa yang terjadi di bumi ini. Perbuatan siapapun, baik muslim, kafir ataupun munafik Allah ๏ทป tahu. Oleh karenanya jika kita menyangka bahwa Allah ๏ทป tidak tahu apa-apa yang dilakukan oleh orang-orang kafir, sehingga kemudian Allah ๏ทป tidak bersikap untuk memberi azab kepada mereka di dunia, maka ini adalah bentuk berprasangka buruk kepada Allah ๏ทป. Sebuah kisah tentang biografi seseorang yang termaktub dalam kitab Taarikh Baghdad, yaitu Ubaidillah bin Al-Hasan bin Husoin Al-Ambari salah seorang hakim dari bashroh. Ubaidillah memiliki seorang budak yang cantik. Di suatu malam ia tidur bersama budaknya tersebut. Di tengah malam, ubaidillah tidak mendapati budaknya tersebut, maka terlintas dibenaknya bahwa ini adalah keburukan, Ubaidillah berprasangka buruk bahwasanya budak tersebut pergi kabur meninggalkan dirinya. Ubaidillah pun beranjak dari tidurnya kemudian mencari budak tersebut dirumahnya. Setibanya disana, maka Ubaidillah mendapati budaknya berada di pojok rumahnya sedang melakukan sholat malam. Kemudian budak tersebut berdoa kepada Allah ๏ทป dengan berkata ุงููููู ุจูุญูุจูููู ูููู ุงุบูููุฑููููู โYa Allah, karena cintamu kepadaku, maka ampunilah akuโ. Maka setelah sholat, Ubaidillah menanyakan perihal doa yang dipanjatkan oleh budaknya dengan berkata, โwahai budakku janganlah engkau berkata demikian, akan tetapi katanlah Ya Rabb, karena cintaku kepadamu maka ampunilah akuโ.โ Maka budak tersebut menjawab, โYa Hakim, Allah ๏ทป benar-benar mencintaiku, buktinya adalah Allah ๏ทป mengeluarkanku dari kesyirikan menuju islam, dan Allah ๏ทป cinta kepadaku, buktinya adalah Allah ๏ทป membangunkanku untuk melakukan sholat malamโ. Mendengar jawaban dari budaknya, maka Ubaidillah membebaskan budaknya tersebut dengan mengatakan ุฃูููุชู ุญูุฑูู ููููุฌููู ุงููู โEngkau aku bebaskan karena Allah ๏ทปโ. Ketika dibebaskan maka budak tersebut pun berkata kepada Ubaidillah, โWahai tuanku, engkau telah menghilangkan dariku dua pahala menjadi satu pahalaโ. Maksudnya adalah ia mendapatkan dua pahala dari Allah ๏ทป, pahala sebagai budak yang taโat kepada Allah ๏ทป dan pahala sebagai budak yang taat kepada tuannya.[15] Doa yang dipanjatkan budak wanita di atas memang diperselisihkan oleh para ulama. Akan tetapi disini penulis hanya ingin menunjukkan bagaimana budak tersebut berprasangka baik kepada Allah ๏ทป. Intinya yang ingin penulis sampaikan adalah bahwasanya budak wanita ini adalah wanita yang shalihah. Kita tidak bisa memastikan bahwasanya Allah ๏ทป cinta kepada kita. Akan tetapi tanda-tanda yang menunjukkan hal tersebut banyak, misalnya seseorang diberi taufik untuk bisa berbakti kepada orang tua di saat banyak orang yang durhaka terhadap orang tuanya, maka ini merupakan tanda bahwa Allah ๏ทป cinta kepadanya. Kemudian juga seseorang diberi pemahaman ilmu agama oleh Allah ๏ทป di saat banyak orang-orang terlalai dari ilmu, maka ini merupakan tanda bahwasanya Allah ๏ทป mencintainya. Kemudian juga orang yang diberi taufik untuk bisa menyisihkan hartanya untuk disedekahkan di saat banyak orang yang pelit untuk bersedekah, maka ini juga merupakan tanda bahwasanya Allah ๏ทป cinta kepadanya. Orang-orang seperti ini boleh bagi mereka untuk berprasangka baik kepada Allah ๏ทป bahwasanya Allah ๏ทป mencintainya. Adapun untuk memastikan, maka ini perkara lain, banyak para ulama yang tidak membolehkannya. Matan Kandungan bab ini Penjelasan tentang ayat dalam surat Ali Imran. Penjelasan tentang ayat dalam surat Al Fath. Disebutkan bahwa prasangka buruk itu banyak sekali macamnya. Penjelasan bahwa tidak ada yang bisa selamat dari prasangka buruk ini kecuali orang yang mengenal Asmaโ dan sifat Allah, serta mengenal dirinya sendiri. Artikel ini penggalan dari Buku Syarah Kitab At-Tauhid Karya Ustadz DR. Firanda Andirja, Lc. MA. _______________________ [1] Lihat Zaadul Maad 3/213 [2] QS. Ibrahim 4 [3] Tafsir As-Samโani, 1/65-66, Tafsir Ibnu Katsir, 1/225 [4] Lihat Zaadul Maad 3/213 [5] Ar-Rozi berkata ููุซูุจูุชู ุฃูููู ุชูุนููููููู ุฃูุญูููุงู ู ุงูููู ุชูุนูุงููู ุจูุงููู ูุตูุงููุญู ุจูุงุทููู โMaka tetaplah dengan semua ini, bahwa taโlil perbuatan Allah Azza wa Jalla dengan mashlahat adalah keyakinan yang bathil rusakโ Al-Mahshul, Fakhruddin Ar-Rozi, 5/182 As-Syihristani berkata ู ูุฐูููุจู ุฃููููู ุงูุญูููู ุฃูููู ุงูููู ุชูุนูุงููู ุฎููููู ุงูุนูุงููู ู ุจูู ูุง ูููููู ู ููู ุงูุฌูููุงููุฑู ููุงููุฃูุนูุฑูุงุถู ููุฃูุตูููุงูู ุงูุฎููููู ููุงูุฃูููููุงุนูุ ููุง ููุนููููุฉู ุญูุงู ูููุฉู ูููู ุนูููู ุงูููุนููู ุณูููุงุกู ููุฏููุฑูุชู ุชููููู ุงูุนููููุฉูุ ููุงููุนูุฉู ูููู ุฃููู ุบูููุฑู ููุงููุนูุฉูุ ุฅูุฐู ููููุณู ููููุจููู ุงููููููุนู ููุงูุถููุฑููุ ุฃููู ููุฏููุฑูุชู ุชููููู ุงูุนููููุฉู ููุงููุนูุฉู ููููุฎูููููุ ุฅูุฐู ููููุณู ููุจูุนูุซููู ุนูููู ุงูููุนููู ุจูุงุนูุซู ููููุง ุบูุฑูุถู ูููู ูููู ุฃูููุนูุงูููู ููููุง ุญูุงู ููู ุจููู ุนููููุฉู ููููู ุดูููุกู ุตูููุนููู ูููุง ุนูููุฉู ููุตูููุนููู โMadzhab Ahlu Al-Haq adalah Allah Azza wa Jalla menciptakan alam dengan semua yang ada di dalamnya, baik dari jauhar jism/sesuatu yang dapat dilihat dan disentuh -seperti manusia, pohon, dll. Yaitu semua yang menjadi tempat bagi ardh dan aโrodh shifat -seperti sakit, mendengar, dll, dan macam-macam ciptaan, tanpa ada illah sebab/tujuan/faktor yang mendorong Allah Azza wa Jalla untuk melakukan hal itu. Sama saja, meskipun dikatakan bahwa illah pendorong tersebut itu bermanfaat bagiNya ataupun tidak. Karena Allah Azza wa Jalla adalah Dzat yang tidak menerima manfaat dan madhorot. Ataupun dianggap bahwa illah itu bermanfaat bagi makhluq, karena tidak ada satupun hal yang mendorong Allah Azza wa Jalla untuk melakukan sesuatu. Maka tidak ada tujuan bagiNya pada perbuatan-perbuatanNya, dan tidak ada pendorong bagiNya untuk melakukan sesuatu. Akan tetapi, illah sebab segala sesuatu adalah penciptaanNya, dan tidak ada illah/sebab bagi penciptaanNyaโ Nihayah Al-Iqdam, As-Syihristani, 390 Lalu, bagaimana mereka memaknai shifat Hakim bagi Allah Azza wa Jalla? Saifuddin Al-Amidi berkata ุฅูููููุง ููุง ููููููุฑู ูููููู ุงูุจูุงุฑูู ุชูุนูุงููู ุญูููููู ูุง ููุฐููููู ุจูุชูุญูููููู ู ูุง ููุชููููููู ู ููู ุตูููุนูุชููู ููููุฎููููููู ุนูููู ูููููู ุนูููู ููู ุจููู ููุจูุฅูุฑูุงุฏูุชููู ููุง ุจูุฃููู ูููููููู ูููู ููููู ูุง ููููุนููููู ุบูุฑูุถู ููู ูููุตูููุฏู ููุงููุนูุจูุซู ุฅููููู ูุง ูููููููู ููุงุฒูู ูุง ูููู ุจูุงููุชูููุงุกู ุงูุบูุฑูุถู ุนููููู ุฃููู ูููู ููุงูู ููุงุจูููุง ููููููููุงุฆูุฏู ููุงูุงูุบูุฑูุงุถู. โSesungguhnya kami tidak mengingkari bahwa Allah Azza wa Jalla itu adalah Dzat yang Hakim. Dan yang demikian sifat hakim adalah dengan benar-benar terjadinya ciptaanNya yang sempurna, dan Allah menciptakan semuanya sesuai dengan ilmunya tentangnya dan berdasarkan kehendaknya. Bukan dengan adanya tujuan dari perbuatannya. Namun perbuatan Allah tanpa tujuan ini tidak bisa dikatakan dengan perbuatan sia-sia karena yang namanya sia-sia hanya bisa dikatakan padaNya jika Allah memang bisa menerima tujuan dan manfaat lantas tidak melakukan dengan tujuanโ Ghoyatu Al-Marom Fi Ilmi Al-Kalam, Saifuddin Al-Amidi, 223 Padahal kita tahu, bahwa yang bisa melakukan sesuatu sesuai keinginannya dan ilmunya, tidaklah disebut dengan Hakim dan bijaksana. Bahkan di dalam bahasa arab, kalimat hakim digunakan untuk kalimat yang mengandung makna โpencegahan dari keburukan dan kerusakanโ, maka Allah Azza wa Jalla tidak akan pernah melakukan hal yang buruk, baik pada hukum syariatNya, ataupun ciptaan-ciptaanNya. Karena asal dari kalimat โhakimโ adalah โAl-Hukmuโ yang bermakna โAl-Manโuโ. Bukankah bisa jadi seorang penjahat melakukan sesuatu kejahatan berdasarkan ilmu dan kehendaknya?, apakah penjahat tersebut disebut dengan Hakim? Sungguh orang yang melakukan sesuatu tanpa tujuan maka jelas disifati dengan perbuatan sia-sia, maka bagaimana hal ini ditujukan kepada Allah, bahwa Allah berbuat dan menciptakan tanpa ada tujuan sama sekali?, bukankah ini perbuatan sia-sia?. Adapun syubhat-syubhat yang berkaitan dengan hal ini dan bantahannya maka silahkan baca Tesis kami yang diterjemahkan dengan judul โMenjawab Syubhat Para Penolak Sifat Allahโ pada sub judul berkaitan tentang sifat al-Hikmah. [6] Lihat Majmuโ Alfatawa 8/37 [7] Bahkan, bisa jadi Allah buka kenikmatan dunia pada sebagian kaum sebagai bentuk istidroj dan agar mereka semakin sengsara nantinya. Allah berfirman ููููู ููุง ููุณููุง ู ูุง ุฐููููุฑููุง ุจููู ููุชูุญูููุง ุนูููููููู ู ุฃูุจูููุงุจู ููููู ุดูููุกู ุญูุชููู ุฅูุฐูุง ููุฑูุญููุง ุจูู ูุง ุฃููุชููุง ุฃูุฎูุฐูููุงููู ู ุจูุบูุชูุฉู ููุฅูุฐูุง ููู ู ู ูุจูููุณูููู โDan tatkala mereka lupa akan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, kamipun membukakan untuk mereka semua pintu kesenangan untuk mereka. Sehingga ketika mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, kami siksa mereka secara tiba-tiba. Dan tatkala itu merekapun terdiam putus asaโ Al-Anโam 44 Ibnu Taimiyyah berkata ููุฃูููููู ููููุณู ููููู ู ููู ุฃูุนูุทููู ู ูุงููุง ุฃููู ุฏูููููุง ุฃููู ุฑูููุงุณูุฉู ููุงูู ุฐููููู ููุงููุนูุง ูููู ุนูููุฏู ุงููููููุ ู ูููุฌูููุง ูููู ู ููู ุนูุฐูุงุจูููุ ููุฅูููู ุงูููููู ููุนูุทูู ุงูุฏููููููุง ู ููู ููุญูุจูู ููู ููู ููุง ููุญูุจูู. ููููุง ููุนูุทูู ุงููุฅููู ูุงูู ุฅูููุง ู ููู ููุญูุจูู. โSesungguhnya tidak semua yang diberikan harta atau dunia, atau kedudukan, bermanfaat baginya di sisi Allah, serta menyelamatkannya dari adzab Allah. Karena Allah memberikan dunia ini kepada yang Allah cintai dan yang tidak Allah cinta. Dan sesungguhnya Allah tidaklah memberi iman kecuali kepada orang yang Dia cintaiโ Al-Fatawa Al-Kubro, Ibnu Taimiyyah, 2/420. [8] Akan tetapi, seseorang itu bisa dikatakan dimuliakan Allah, jika Allah memberikan kepadanya hidayah mengikuti kebenaran dan istiqomah di atas kebenaran. Jika harta tersebut menjadikannya dekat kepada Allah maka berarti dia dimuliakan oleh Allah, jika tidak maka tidak. Jangankan harta, bahkan seseorang yang memiliki โkesaktianโ tidak serta merta berarti dia dimuliakan oleh Allah. Ibnu Taimiyyah berkata ููููุนูุฏููููู ู ูุฌูุฑููุฏู ุฎูุฑููู ุงููุนูุงุฏูุฉู ููุฃูุญูุฏูููู ู ุจูููุดููู ููููุดููู ูููู ุฃููู ุจูุชูุฃูุซููุฑู ููููุงูููู ุฅุฑูุงุฏูุชููู ูููู ููุฑูุงู ูุฉู ู ููู ุงูููููู ูููู ููููุง ููุนูููู ูููู ุฃูููููู ููู ุงููุญููููููุฉู ุฅููุงููุฉู ููุฃูููู ุงููููุฑูุงู ูุฉู ููุฒููู ู ุงููุงุณูุชูููุงู ูุฉู ููุฃูููู ุงูููููู ููู ู ููููุฑูู ู ุนูุจูุฏููู ุจูููุฑูุงู ูุฉู ุฃูุนูุธูู ู ู ููู ู ูููุงููููุชููู ูููู ูุง ููุญูุจูููู ููููุฑูุถูุงูู ูููููู ุทูุงุนูุชููู ููุทูุงุนูุฉู ุฑูุณูููููู ููู ูููุงููุงุฉู ุฃูููููููุงุฆููู ููู ูุนูุงุฏูุงุฉู ุฃูุนูุฏูุงุฆููู โDan mereka menganggap bahwa kesaktian salah seorang dari mereka berupa mukasyafah, atau kejadian yang sesuai dengan apa yang dia inginkan, berarti itu adalah karomah dari Allah untuknya, sedangkan ia tidak sadar bahwa yang demikian adalah penghinaan dari Allah untuknya. Dan sesungguhnya karomah adalah senantiasa istiqomah, dan sesungguhnya Allah tidak pernah memuliakan hambanya dengan suatu karomah yang lebih berharga dari Allah memberinya hidayah untuk senantiasa sesuai dengan apa yang Allah cintai dan Allah ridhoi. Yaitu taat kepada Allah dan RasulNya, dan loyal kepada wali-waliNya dan memusuhi musuh-musuh Allahโ Majmuโ Al-Fatawa, Ibnu Taimiyyah, 10/29-30 Maka dapat kita simpulkan, bahwa semua kenikmatan yang Allah Azza wa Jalla berikan kepada hambanya, bisa dikatakan sebagai pemuliaan terhadapnya, jika kenikmatan-kenikmatan itu ia gunakan dalam ketaatan kepada Allah Azza wa Jalla. Dan jika ia tidak gunakan untuk hal itu, maka yang demikian adalah penghinaan Allah Azza wa Jalla untuknya. [9] QS. At-Taubah 120 [10] Ahmad no. 23074, dishahihkan oleh Al-Albani bahwa sanadnya sahih sesuai dengan syarat Muslim Silsilah Al-Ahadis Ash-Shahihah 2/734. [11] HR. Bukhori 7405 dan Muslim No. 2675 [12] QS. Al-Baqarah 286 [13] QS. Az-Zumar 53 [14] QS. Al-Anโam 59 [15] Lihat Tarikh Baghdad 12/7Aku bersama prasangka hambaku kepadaku.โ Hadis Qudsi. Maksudnya adalah perkataan Tuhan dengan bahasa Rasulullah. Jadi sangka kita dengan Tuhan itu mesti baik. Tuhan Maha Baik. Yang buruk adalah kita. Yakinilah itu sedalam2nya.
Kajian Khazanah Islam kategori posting AqidahPembaca budiman, Bimbingan dan Ridha-Nya semoga selalu tercurah serta mengiringi kita dalam segala aktivitas di dunia ini, untuk meraih kebahagiaan dan mengharap Rahmat-Nya di Akhirtat kelak. Aamiin...Prasangka manusia terhadap Tuhanya, menunjukkan sejauh mana kwalitas iman dan keyakinannya. Dalam Al-Qur'an telah dikisahkan Nabi Ibrahim ketika ia berkata kepada Bapaknya Adzar dan kaumnya dia bertanya "apakah yang kamu sembah?. Apakah kamu menghendaki sembahan-sembahan selain Allah dengan jalan bohong? . Maka apa anggapanmu terhadap Rabb Semesta Alam?". QS, Ash-Shaffat /37 85-87 Kisah Nabi Ibrahim bersama bapaknya dan umat saat itu adalah menunjukkan betapa rendahnya kualitas keimanan dan keyakinannya. Sebab mereka menyembah patung yang telah dibuatnya sendiri. Prasangka manusia terhadap Tuhan-Nya menunjukkan sejauh mana kwalitas iman dan keyakinannya. Dan karena itulah yang akan menentukan sikap dan perbuatannya. Terutama saat dihadapkan pada kondisi sulit dan berat serta saat dihadapkan ujian dan cobaan yang luar biasa. Termasuk cobaan ketika pada kondisi wabah pandemi yag sekarang masih belum juga sirna bahkan masih terus menyebar secara masif. Ketika banyak yang jatuh sakit dan wafat, juga termasuk kehilangan keluarga, pekerjaan, dan penghasilan, terlebih ketika interaksi dan pergaulan dibatasi begitu rupa. Seakan manusia terkungkung dalam lingkungan munculah beragam dugaan dan prasangka manusia terhadap Tuhanya. Ada sebagian orang yang menjadi prustasi, lalu menyalahkan Allah SWT karena dianggap membiarkan dan mencampakkan manusia pada penderitaan. Sebagian lagi mempersepsikan Tuhan sebagai Dzat yang kejam penuh angkara murka. Bahkan yang lebih parah lagi ada yang sudah tidak percaya kondisi yang demikian setan terus bermain dan berusaha membuat manusia semakin putus asa. Dengan gencarnya setan membisikan berbagai macam bisikan. Oleh karenanya manusia akan timbul rasa was-was sebagaimana Allah terangkan dalam surat An-Naas ayat 5 sifat was-was muncul. Hingga manusia terjebak untuk tidak bersyukur atas nikmat yang telah diterima selama ini. Maka sebagian besar manusia tidak bersyukur sebagaiman firman-Nya dalam Al-qur'an "Kemudian saya setan akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur".taat QS, Al-A'raf / 7 17Namun bagi orang-orang yang beriman, hatinya tetap terpelihara dan selalu berbaik sangka terhadap Allah. Mereka yakin dan percaya dibalik musibah ini pasti ada hikmah dan kebaikan yang akan Dia berikan kepada manusia. Sebab sesuai dengan sifatnya bahwa Allah adalah Dzat Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Dan kasih sayangnya mengalahkan murka-Nya. Dia adalah Dzat yang selama ini telah banyak memberikan karunia. Dengan musibah dan bencana yang diberikan kepada manusia, bisa jadi Allah ingin melatih mereka untuk dapat bertahan dalam kesabaran, ingin menyadarkan akan kelemahan manusia, ingin agar mereka bertaubat dari kesalahannya, ingin agar manusia berkarya menemukan inovasi dan temuan terbaru, dan yang terakhir, ingin agar manusia mengingat kematian yang sangat dekat dengannya. Bagi seorang mukmin yang selalu istiqamah taat kepada-Nya, mereka yakin bahwa Allah tidak akan membiarkan dirinya. Sebagaimana ucapan Nabi SAW saat berada dalam kesulitan, pada saat itu beliau berdua dengan sahabat Abubakar As-Siddiq sedang bersembunyi berada dalam sebuah gua, karena dikejar oleh para kafirun quraisy. Abu Bakar merasa sangat ketakutan, maka Nabi bersabda yang diabadikan dalam berfirman-Nya "Jangan berduka-cita sesungguhnya Allah bersama kita" QS, At-Taubah/9 40..Orang-orang beriman selalu bersyukur bahwa selama alam ini diatur dan diurus oleh Allah, Dia pasti akan menghadirkan kebaikan bagi umat manusia. Inilah yang selalu terucap lewat lisan kita, sedikitnya 17 kali sehari semalam diucapkan saat kita Shalat. " ุงููุญูู ูุฏู ููููููู ุฑูุจูู ุงููุนูุงููู ูููู "Dalam hadits qudsi Allah berfirman "Aku bersama prasangka hamba-Ku kepada-Ku". Jika ia berprasangka baik, itulah yang ia dapatkan. Tetapi jika berprasangka buruk, itu pula yang ia dapatkan. hadits hasan dalam kitab al-Jami' ash shaghir lis suyuthi.Demikian uraian singkat materi "Allah Bersama Prasangka Hamba-Ku Kepada-Ku". Semoga bermanfaat dan dapat menambah wawasan kita dalam pengamalan agama Islam yang mulia ini. Aamiin.. 362 442 250 53 373 306 0 376